INIPASTI.COM – Ketua Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami), Prof. Budu, menyampaikan bahwa kebutaan telah menjadi masalah serius di Sulawesi Selatan, dengan satu orang mengalami kebutaan setiap jam.
Faktor-faktor yang menyebabkan kebutaan meliputi katarak karena usia, glaukoma, dan penyakit retina. Sulawesi Selatan adalah salah satu wilayah dengan tingkat kebutaan tertinggi di Indonesia, selain Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Selatan.
Prof. Budu menjelaskan bahwa sekitar 2,6 persen dari total penduduk Sulawesi Selatan, atau sekitar 47.315 orang, mengalami kebutaan. Hanya pada tahun ini, telah tercatat 9.463 orang yang mengalami kebutaan.
Dengan angka ini, hampir setiap jam ada satu atau dua orang di Sulawesi Selatan yang menjadi korban kebutaan, sebagaimana dilansir dilaman SuaraSulsel.
Secara nasional, prevalensi kebutaan mencapai 1,6 juta orang, atau sekitar 333.600 orang mengalami kebutaan setiap tahun. Yang mencengangkan adalah fakta bahwa kebutaan tidak hanya dialami oleh lansia, tetapi juga oleh balita, terkadang disebabkan oleh kurangnya perawatan mata pada anak-anak, bahkan ketika mereka seharusnya memakai kacamata.
Prof. Budu, seorang Guru Besar dari Universitas Hasanuddin Makassar, menegaskan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat kebutaan tertinggi di dunia setelah Afrika. Dampaknya bisa sangat merugikan ekonomi nasional jika tidak segera ditangani.
Berdasarkan analisis Perdami pusat, kebutaan dapat merugikan negara hingga Rp80 triliun. Oleh karena itu, Perdami pusat telah mendorong semua pemangku kepentingan untuk melakukan upaya pencegahan kebutaan, salah satunya dengan melakukan operasi.
Prof. Budu menyatakan bahwa jika 25 persen kasus kebutaan di Indonesia dapat diatasi, ekonomi negara bisa meningkat hingga Rp55 triliun. Ini disebabkan oleh fakta bahwa penglihatan yang baik berdampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini, menambahkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kebutaan adalah kemiskinan. Banyak masyarakat yang tidak mencari perawatan medis ketika mengalami gangguan penglihatan karena takut dengan biaya operasi.
Risma menekankan bahwa operasi mata sebenarnya sudah bisa dilakukan melalui program BPJS, namun masih banyak yang tidak mengetahuinya.
Menteri Risma juga menyebutkan bahwa Kementerian Sosial telah memberikan operasi katarak gratis kepada 5.775 masyarakat miskin yang mengalami kebutaan.
Selain itu, pihaknya sedang mengembangkan alat bantu untuk orang buta, seperti tongkat, dan mengupayakan pengembangan teknologi yang memungkinkan mereka untuk tetap produktif, termasuk teknologi yang dapat mengubah tulisan menjadi suara.
Semua upaya ini bertujuan untuk membantu orang-orang dengan kebutaan dan meningkatkan kualitas hidup mereka (sdn)