INIPASTI.COM, MAKASSAR – Ada hal menarik yang disampaikan oleh Menteri Sosial RI, Hj Khofifah Indar Parawansa. Ia menyebut, secara nasional kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih cukup tinggi. Namun sangat disayangkan karena dari kasus KDRT yang terjadi, 55 persen pelakunya dari kaum perempuan atau ibu-ibu. Situasi ini memperlihatkan timbulnya masalah kesehatan masyarakat terkait psikologis.
Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di era Kabinet Persatuan Nasional tersebut, mengatakan hal ini ketika memberikan sambutan dalam acara Deklarasi Gerakan Sayang Ibu Tercinta (Gesit) yang dirangkai dengan Peringatan Hari Ibu Nasional 2016, di Balai Prajurit Manunggal Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (24/12).
Baca juga :Mensos: Didik Anak dengan Bacaan Alquran
Istri Indar Parawansa ini menjelaskan penyebab kenapa pelaku kekerasan dalam rumah tangga persentasenya lebih banyak dilakukan oleh ibu-ibu, yang semestinya menjadi tameng utama dalam penanaman pendidikan moral anak.
Menurut Ketua Umum PP Muslimat NU itu, perempuan diakuinya memiliki beban yang sangat berat.Biasanya beban itu sering mencapai puncaknya, pada momen-momen tertentu. Misalnya, ketika tahun ajaran baru, anak-anaknya mulai macam-macam permintaannya. Ada yang minta dibelikan baju, karena bajunya ada yang sudah robek atau tidak layak pakai lagi, minta dibelikan tas dan sepatu yang sudah mulai bolong-bolong dan lainnya.
“Karena bebannya sangat berat, maka inilah yang kadang-kadang menjadi penyebab ibu-ibu kepala rumah tangga tidak bisa tidur nyenyak, tekanan darahnya kambuh dan macam-macam penyakit mulai muncul. Bayangkan kalau masih pagi-pagi, penagih sudah ada di depan pintu rumah menunggu ,” ujarnya.
Perempuan berusia 51 tahun ini menambahkan, yang mengalami kejadian ini biasanya keluarga yang aksesnya terbatas, termasuk akses ke Bank dan mereka tidak mengetahui bagaimana solusinya. Ini menjadi gambaran pembangunan ekonomi di Indonesia
Olehnya itu Khofifah meminta, khususnya di Sulsel ini ada titik-titik tertentu yang dibuatkan sebuah lembaga konseling (tempat curhat warga), jika mengalami problem kehidupan. “Sekarang ini banyak orang tersandung masalah, tetapi tidak ada tempat curhatnya. Kalau bisa di Sulsel ini bisa dibuatkan lembaga konseling atau tempat khusus untuk menerima orang – orang curhat,” harap ibu dari empat anak ini.(*)
Baca juga : Menyedihkan, Rangking Pendidikan Indonesia
//